PERSEPSI TUMPEK WARIGA SEBAGAI IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DI DESA PEJENG KANGIN
Abstract
Tradisi Tumpek Wariga diharapkan dapat menjaga alam sebagai tujuan pelestarian lingkungan, sehingga tidak ada lagi penebangan hutan secara besar-besaran yang menyebabkan terganggunya ekosistem alam.Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui makna filosofi yang terkandung dalam tradisi Tumpek Wariga, Untuk mengetahui esensi sarana upacara dan ritual upacara dalam Tumpek Wariga, Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Tumpek Wariga sebagai salah satu sarana dalam melestarikan lingkungan hidup. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 91 KK yang berada di Desa Pejeng Kangin. Data dalam penilitian ini dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan Makna perayaan hari Tumpek Wariga adalah untuk memohon anugerah kepada Sanghyang Sangkara agar memberikan kesuburan kepada tumbuh-tumbuhan sehingga tumbuh-tumbuhan itu dapat berbunga, berbuah, berdaun lebat untuk dijadikan sumber kehidupan bagi umat manusia. Dalam Lontar Sundarigama dijelaskan makana tumpek wariga adalah “anguduh ikang sarwa ning taru asekar,awoh, agodong dadi amreta ning urip“, yang berarti meminta kepada semua tanaman agar berbunga, berbuah dan berdaun untuk dijadikan sumber kehidupan. Esensi sarana upacara dan ritual upacara dalam tumpek wariga yaitu Banten Prass, Banten Nasi Tulung Sesayut, Banten Tumpeng, Bubur Sumsum, Banten Tumpeng Agung, Banten Penyeneng dan Tetebusan, Canang Sari, Dupa. Pesepsi responden dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek pemahaman makna Tumpek Wariga sebagai implementasi Tri Hita Karana, implementasi Tumpek Wariga dalam kehidupan, kesadaran pentingnya melestarikan lingkungan hidup, upaya pelestarian lingkungan hidup berada dalam kategori sangat setuju mengenai Tumpek Wariga sebagai implementasi Tri Hita Karana dalam pelestarian lingkungan.Kata kunci: Persepsi, Tumpek Wariga, Tri Hita Karana, Desa Pejeng KanginReferences
Arwati, Dra. Ni Made Sri. 1995. Hari Raya Tumpek. Vol (75) No. 13.
Dinas Kebudayaan Propinsi Bali. 2005.Alih Aksara dan AlihLontar Roga Sanghara Bhumi Wasista Tattwa Dewa Tattwa.
Dinas Kebudayaan Propinsi Bali. 2007. Alih Aksara, Alih Bahasa dan Kajian Lontar Sundarigama.
Erviani, N.K. 2014. Tumpek Wariga, Kearifan Bali Jaga Lingkungan. http://www.mongabay.co.id/2014/11/26/tumpek-wariga-kearifan-bali-jaga-lingkungan/ Diakses pada 28 Oktober 2017 (Pukul.22.:34)
Gobyah, I.K. 2008. Tumpek Wariga, Hari Perlindungan Tumbuh-Tumbuhan.
https://singaraja.wordpress.com/2008/07/26/tumpek-wariga-hari-perlindungan-tumbuh-tumbuhan/ Diakses pada 28 Oktober 2017 (Pukul. 23:12)
Narottama, N., Suarja, I.K., Lestari, D. 2017. Tumpek Wariga as an Ecology Based LocalGenius in Supporting Sustainable Tourism. Journal Tourism and Events. Vol (1) No.1
Paramita, N.L.M. 2017. „Komunikasi Persuasif Pemerintah Desa Dinas dalam Mengimplementasikan Ajaran Tri HIta Karana di Desa Ngis Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. Jurnal Agama Hindu.Vol (1) No.2.
Payuyasa, I.N. 2017. Tumpek Uduh, Kearifan Lokal Bali untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter. Jurnal Penjamin Mutu. Vol (3) No.2
Ramayadi, I Made. 1984. Upacara Pertanian dalam Hubungannya dengan Pemujaan Dewi Cri.
Suda, I. K. 2010. Ideologi Pelestarian Lingkungan Hidup dibalik Pemakaian Saput Poleng pada Pohon Besar di Bali.Jurnal Bumi Lestari. Vol (10)No.2.
Sudharma, I.W. 2016. Tumpek Wariga, Hari Lingkungan Hidup Model Hindu. https://dharmavada.wordpress.com/2016/01/13/tumpek-wariga-hari-lingkungan-hindu-model-hindu/ Diakses pada 28 Oktober 2017 (Pkl. 23:39)
Sumadi, K. 2011. Upacara Rsigana Agung: Kearifan Lokal Bali Menjaga Harmonisasi Hukum Alam Semesta. Vyavahara Duta. Vol (V) No.1.
Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Udayana, I Dewa Gede Alit. 2009. Tumpek Wariga Kearifan Lokal Bali untuk Pelestarian Sumber Daya Tumbuh-tumbuhan. Paramita. Surabaya.
Yuliani, N.K., Suka, I. G., Pujaastawa, I.B.G. 2017.Konservasi Hutan Bambu Berbasis Kearifan Lokal di Desa Adat Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Provinsi Bali.Jurnal Humanis. Vol (18) No.1