PELUANG PASAR SALLACA WINE
Abstract
Buah Salak Bali yang habitat aslinya di desa Sibetan, terjadi kelebihan supplai pada saat panen raya, dan kekurangan pada saat musim paceklik. Hal ini menyebabkan harga sangat murah pada saat salak berlimpah di pasaran. Kejatuhan harga salak saat musim panen raya melatar belakangi perusahaan untuk mengolah buah salak menjadi minuman wine salak.CV. Dukuh Lestari yang memproduksi wine salak di Dusun Dukuh di Desa Sibetan menjadi tempat untuk mendapat data dalam penulisan paper ini. Sallaca wine yang memanfaatkan jasa mikroba Saccharomyces cerevisiae, mempunyai peluang pasar yang cukup baik, mengingat faktor-faktor yang mendorong peningkatan permintaan juga sangat baik seperti peningkatan jumlah wisatawan manca negara, pajak impor wine luar negeri sangat tinggi dan pola konsumsi wine oleh konsumen domestika meningkat. Namun market share wine lokal termasuk sallaca wine masih rendah dan mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Perluasan jangkauan pasar wine salak belum dilakukan oleh perusahaan karena produksi masih terbatas dan belum diketahui secara pasti tanggapan konsumen terhadap rasa dan kualitas wine salak. Untuk itu disarankan agar pihak managemen perusahaan segera melakukan penelitian tentang tanggapan konsumen mengenai rasa dan kualitas wine salak.Kata Kunci: Salak, Sallaca wine, Saccharomyses cerevisiae, Market Share.References
Anonim. (2008). Data Bali Membangun 2008. Pemerintah Propinsi Bali, Badan Perencanaan pembangunan Daerah.
Anonim. (2008a). Salak. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.
Anonim. (2009). Varietas Unggul Baru Salak, Sari Intan 48 dan Sari Intan 541. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Departemen Pertanian Jakarta.
Anonim. (2010). Wine. http://enwikipedia.org
Anonim. (2010a). Pajak 150 persen Minuman Wine Dianggap Terlalu Tinggi. Jawa Post, Mei 2010.
Balia, Roostita-Lobo. (2004). Potensi dan Prospek Yeast (khamir) Dalam Meningkatkan Diversifikasi Pangan di Indonesia. Unpad, Bandung.
Berry D.R. and Brown C. (1987). Physiology of yeast growth, in Yeast Biotechnology, Berry D.R., Rusell I. and Steward G.G., Eds., Allen & Unwin London 159.
Beuchat L.R. (1982). Thermal inactivation of yeasts in fruit juices supplemented with food preservatives and sucrose, J.Food Sci.
Clark, Andreas and Battaglene, Tony. (2008). Submission to the Review of Export Policies and Programs. Kent Town, Australia.
Gunam, I.B.W., Wrasiati, L.P., dan Stioko, W. (2003). Pengaruh Jenis dan Jumlah Penambahan Gula pada Karakteristik wine Salak. FTP Unud.
Palupi,Sri, Hamidah, Siti dan Purwanti, Sutriyati. (2009). Peningkatan Produktivitas Hasil Olahan Salak Melalui Diversifikasi Sekunder Untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan. Inotek, Volume 13, Nomor 1, Februari 2009. Universitas Negeri Yogyakarta
Sukewijaya, I M., Rai, I N. and Mahendra, M.S. (2009). Development of Salak bali as an Organic Fruit. Asian Journal of Food and Agro-Industry, special Issue, S.37-S43.
Suter, I.K. (1988). Telaah Sifat Buah Salak di Bali sebagai Dasar Pembinaan Mutu Hasil. Disertasi. Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.
Voboril, Dannis. (1999). Indonesia Wine Imports 1999. U.S. Commercial Centre, Jakarta.