MODAL SOSIAL DAN KEGIATAN EKONOMIS SUBAK: Kasus di Subak Kedua, Kota Denpasar

  • Gede Sedana Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Abstract

Tantangan ke depan bagi pembangunan pertanian di Bali adalah terwujudnya kelembagaan subak dengan kearifan lokalnya mampu menjadi organisasi yang bersifat sosio-agraris-religius yang dapat beradaptasi dengan tuntutan ekonomis anggotanya seiring dengan program-program pembangunan pertanian dan perdesaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan ekonomis di tingkat subak dan menggambarkan elemen-elemen modal sosial yang berperan dalam kegiatan ekonomis subak. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di Subak Kedua, Denpasar. Sampel diambil secara acak sebanyak 20 petani untuk memperoleh data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalilis dengan menggunakan metode deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Serba Usaha Subak Kedua yang beranggotakan 61 orang memiliki beberapa kegiatan ekonomis yaitu (i) penyediaan sarana produksi; (ii) pinjaman kredit kepada anggota; dan (iii) kemitraan usaha dengan pihak lain. Elemen-elemen modal sosial pada Subak Kedua terdiri dari tiga dimensi utama yaitu kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Rasa saling percaya di antara anggota subak terlihat pada pengelolaan bisnis di tingkat subak yang didasarkan atas norma-norma (awig-awig). Subak Kedua juga memiliki jaringan sosial dengan pihak lain dalam pengelolaan irigasinya dan kegiatan-kegiatan ekonomis subak. Dapat disarankan agar dilakukan pembinaan yang semakin intensif dalam pengembangan agribisnis di tingkat subak seperti aspek manajemen, administrasi dan usaha-usaha bisnis yang menguntungkan bagi petani dan lembaga subak. Selain itu, diperlukan adanya tambahan modal usaha bagi koperasi sehingga para anggta dapat memperoleh kredit yang lebih tinggi.Kata kunci : Modal sosial, subak, pertanian, koperasi 

References

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Coleman. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital. Cambridge Mass: Harvard

Chambers, R.. 1983. Pembangunan Desa, Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES

Elizabeth, R. 2007. Partisipasi sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin melalui Program Integrasi Jagung dan Ternak. http://ejournal.unud.ac.id /abstrak/(8)%20soca-roosgandha-integrasi%20jagung-ternak(1).pdf

Elizabeth, R dan Iwan S A. 2009. Sistem Kelembagaan Komunitas Petani Sayuran di Desa Baturiti, Kabupaten Tabanan Provinsi Bali. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ MKP_B6.pdf

Fatah, L. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru: Pustaka Banua.

Korten, David C.1987. Community Management, Connectitut : Kumarian Press, Westaharford.

Kuswanto. 1997. Penyesuaian Kelembagaan P3A: Belajar dari Pengalaman Pengembangan Usaha Ekonomi P3A di Kabupaten Nganjuk. Padang: PSI-UDLP, UNAND.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Mosher, AT. 1966. Getting Agriculture Moving. Dalam Krisnandhi dan Bahrin Samad. Penyadur. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: PT Yasaguna.

Pranadji, T. 2003. Reformasi Kelembagaan dan Kemandirian Perekonomian Perdesaan: Kajian Pada Kasus Agribisnis Padi Sawah. Makalah yang Disampaikan pada Seminar Nasional “Peluang Indonesia untuk Mencukupi Sendiri Beras Nasionalnya†Badan Penelitian dan Pengembangan Deptan RI, 2 Oktober 2003.

Putnam, R.D. 1992. The Prosperous Community: Social Capital and Public Life. American Prospect, 13, Spring, 35- 42. Dalam Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Foundation of Social Capital. Massachusetts: Edward Elgar Publishing Limited.

Rachman, B. 2009. Kebijakan Sistem Kelembagaan Pengelolaan Irigasi: Kasus Provinsi Banten. Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 07 No. 1. Tahun 2009 http//www.pse.litbang.deptan.go.idindpdf filesART7-1a.pdf

Haritz Intan dan Said, E Gumbira. 2004. Manajemen Agribisnis. Yakarta: Ghalia Indonesia.

Sedana, Gede. 2005. Masalah dan Tantangan Subak dalam Pembangunan Pertanian di Masa Mendatang. Dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi. Dalam Pitana dan Setiawan AP. editor. Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Yogyakarta: Andi

Shah, P. and M.K. Shah., 1994. “Multifunction Irrigation Organisations: Advantage or Handicapâ€. Irrigation Managemnt Network, Network Paper No.28, April 1994.Londdon: Overseas Development Institute. Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008

Simatupang, P. 2002. Reformasi Agraria Menuju Pertanian Berkelanjutan:

Komentar Terhadap Makalah Profesor Mubyarto. Jurnal Ekonomi Rakyat. Artikel - Th. I - No. 8 - Oktober 2002]

Soekartawi (1995). Pembangunan Pertanian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Subejo. 2004. Peranan Social Capital dalam Pembangunan Ekonomi: Suatu Pengantar untuk Studi Social Capital di Perdesaan Indonesia. Agro Ekonomi Vol. 11 No.1 Juni 2004.

Sutawan, Nyoman. 2005. Subak Menghadapi Tantangan Globalisasi. Dalam Pitana dan Setiawan AP. editor. Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi. Yogyakarta: Andi

Sutawan, N., M. Swara, W. Windia, W. Suteja, W. Sudana dan K. Suamba, 1995. Penerimaan dan Pengeluaran Organisasi Subak dan Subak-gede di Lingkungan Subak-agung Yeh Ho, Kabupaten Tabanan dan Subak-agung Gangga Luhur, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali. Denpasar: Universitas Udayana. Mimeo.

Syahyuti (2007). “Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 1, Maret 2007

Syahyuti. 2008. Peran Modal Sosial (Social Capital) dalam Perdagangan Hasil Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26 No. 1, Juli 2008.

Published
2014-11-05
Section
Articles