MODAL SOSIAL KELOMPOK TERNAK SEBAGAI PELAKU PERDAGANGAN HASIL USAHA PETERNAKAN DI BALI
Abstract
Peternakan memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemantapan ketahanan pangan hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat di pedesaan,serta dapat memacu pengembangan wilayah. Penelitian yang selama ini banyak dilakukan tentang perdagangan hasil-hasil peternakan didominasi oleh penelitian tentang “barang yang diperdagangkanâ€, bukan pada manusia pelakunya. Kelompok ternak sebagai pelaku perdagangan adalah kumpulan petani ternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian.Pelaku perdagangan hasil-hasil peternakan di Bali, secara umum bekerja dalam bentuk pasar yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut diindikasikan oleh lemahnya kelembagaan pasar secara struktural dan kultural, biaya transaksi yang besar sehingga menjadi tidak efisien, dan struktur informasi yang tidak sempurna dan seimbang.Modal sosial terbukti tumbuh dan terakumulasi menurut waktu dan secara signifikan mempengaruhi kinerja sistem perdagangan komoditas hasil-hasil peternakan. Modal sosial mampu mengurangi dampak dari ketidaksempurnaan pasar yang dihadapi para pelaku perdagangan. Modal sosial mereduksi tingginya biaya transaksi melalui tiga dimensi yaitu relasi dengan pedagang lain yang dapat membantu dalam biaya transaksi, relasi dengan orang-orang yang dapat membantu jika dihadapi kesulitan keuangan karena berada bisnis dengan resiko yang besar, dan relasi keluarga yang dapat mengefisienkan dan mereduksi kesalahan-kesalahan dalam penilaian kualitas barang.Kata kunci : modal sosial, kelompok ternak, perdagangan, hasil usaha peternakanReferences
Abdullah, A dan Syamsu, J. A. 2008. Penguatan Kelompok Tani Ternak dalam Pengembangan Agribisnis Peternakan.Buletin Peternakan. Edisi XXVIII. Dinas Peternakan Prov. SulSel,Makasar.
Anonimus. 2005. Trade unions and social capital in transitional communist states: The case of China. http://www.spring-erlink.com/content/ qmn475617r140x47/
Anonimus. 2010. The International Fund for Agricultural De-velopment (IFAD 2010).
Brata, Aloysius G. 2004. Nilai Ekonomis Modal Sosial pada Sektor Informal Perkotaan. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya.
Blakeley, Roger dan D. Suggate. 1997. “Public Policy Develop-ment†dalam David Robinson (ed),Social Capital danPolicy Development, Wellington: The Institute of Policy Studies: 80-100.Busse, S. 2001. Strategis of Daily Life: Social Capital and the Informal Economy in Russia.†University of ChicagoDepartement of Sociology (akan terbit dalam Sociolo-gial Imagination 38 (2/3) Special Issue on the Informal Economy).
Coleman, J. 1988. “Social Capital in the Creation of Human Capital.†American Journalof Sociology 94. (Supplement)S95-S120. (Dalam: The World Bank. 1998. Hal 5-7). Damanik, Konta Intan. et al. (16 orang penulis). 1983. PerananBlantik dalam Sistem Produksi dan Pemasaran Kambing/Domba di Jawa Tengah. (hal. 220-225) dalamM. Rangkuti, Tjeppy D. Soedjana, H.C. Knipscheer, P. Sitorus, clan
Daryanto, A. 2010. Modal Sosial Dalam Pembangunan Pe-ternakan. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis
Intitur Pertanian Bogor (MB-IPB) dan Sekretaris Jenderal Himpunan Aumni IPB (HA-IPB)
Dinas Peternakan Provinsi Bali, 2009. Peternakan Bali : Swase-mbada Daging dan Telur.
Ditjen Bina Produksi Peternakan. 2002. Pengembangan Kelembagaan Peternak di Kawasan Agribisnis Berbasis
Peternakan. Direktorat Pengembangan Peternakan, Di-rektorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Fafchamps, Marcel dan Bart Minten.1999. Social Capital and the Firm: Evidence from Agricultural Trade. http://
www.appropriate-economics.org/materials/social_capi-tal_and_the_firm.pdf
Fafchamps, Marcel. Global Poverty Research Group. 2007. Trade and social capital. http://www.gprg.org/themes/
t4-soccap-pub-socsafe/sc-uses/trade-sc.htm, 20 agustus 2007 Geertz, Clifford. 1989. Penjaja clan Raja: Perubahan Sosial clan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota Indonesia. Yayasan Ooor Indonesia. Jakarta. (172 hal).
Grootaert, C. 1997. “Social Capital: The Missing Link?†in Expanding the Measure of Wealth: Indicators of Envi-
ronmentally Sustainable Development. Environmentally Sustainable Development Studies and Monographs Series No. 7. Washington, DC: The World Bank. (Dalam The World Bank. 1998. Hal 5-7).
Grootaert, C dan T van Bastelaer. 2001. Understanding and Measuring Social Capital: A Synthesis of Findings and Recommendations from the Social Capital Initiative. So-cial Capital Initiative Working Paper No. 24. Washington, D.C: The World Bank.
Hayami, Yujiro dan Toshihiko Kawagoe. 1993. The Agrarian Origins of Commerce and Industry: A Study of PeasantMarketing In Indonesia. St. Martin’s Press. Singapore. IFAD, 2010. The International Fund for Agricultural Develop-ment. Ifad, 2010.
Kolopaking, Lala M. 2002. Pola-Pola Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem.Lokakarya Nasional “Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasanâ€. Diseleng-garakan oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal Kementerian Perencanaan PembangunanNasional/Bappenas. 4 -5 November 2002 di Hotel AryaDuta Jakarta.
Muslim, C. 2006. Peranan Kelompok Peternak Sapi Potong dengan Pendekatan Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT)
di Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, dan Jawa Barat.Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Departemen Pertanian, Bogor.
Narayan, D. dan Pritchett, L. 1997. Cents and Socialibility: Household Income and Social Capital in Rural Tanzania,
Policy Research Department, the World Bank, Washington DC, August 1996. (Mimeograph).
Poesoro, Adri. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Glo-bal. SMERU Newsletter No. 22: Apr-Jun/2007. LembagaPenelitian SMERU. Jakarta.
Priyono. 2008. Studi Keterkaitan Antara Ikatan Sosial Dengan Pendapatan dan Efisiensi Ekonomi Usaha Ternak SapiPotong Di Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Putnam, R. 1993. “The Prosperous Community — Social Capital and Public Life.†American Prospect (13): 35-42. (DalamThe World Bank. 1998. Hal 5-7).